16 Mei 2016

Mengunjungi sisa sejarah Lubang Nabo ( Naga ) di Kabupaten Landak Kalimantan Barat

     Mitos tentang Makhluk panjang bersisik dan bisa menyemburkan api dari mulutnya alias Naga mungkin hanya cerita dongeng pengantar tidur bagi kita saat masih kecil. Tapi tak sedikit pula orang yang mempercayai keberadaan Makhluk ini.


ilustrasi

Hal ini juga yang pernah dirasakan bahkan terjadi di desa Sekamu-Nyawan di Kecamatan Kuala Behe Kabupaten Landak KalBar. Menurut saya tak heran ada Nabo atau ular yang panjang di kalimantan, maklum saja karna ular terpanjang didunia selain ada di hutan amazon juga ada di Indonesia seperti Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dll. Cerita yang saya gali dari berbagai nara sumber bermuara pula pada keputusan saya yang ingin secara langsung melihat sisa keberadaan Makhluk ini. Disini orang menyebutnya dengan Nabo , di daerah Sintang lebih dikenal dengan nama Nabao, di Sumatra namanya Naga Bonar (woi itu nama marga,bukan naga) hahay, didaerah lain entah apa namanya ... hehehe



Namun sebelum saya membeberkan fakta bukti peninggalan Nabo , ada baiknya saya sedikit berbagi cerita tentang asal muasal keberadaan Nabo tersebut kepada sobat, sesuai dengan apa yang saya dengar dari berbagai sumber. berikut ceritanya

Di zaman dahulu ada sebuah kampung yang padat penduduknya (ini lah moyang dari sub suku dayak ayungk ulu moyangnya penduduk desa Sekamu-Nyawan-Penyalak). Kampung/Binuah ini di pimpin oleh Tumenggung yang bernama Tumenggung Dalang. Tumenggung Dalang adalah orang yang sakti mantra guna , lidahnya berwarna hitam , apa yang dia katakan (kalimat perintah) akan terjadi. Banyak orang lain dari luar desa ini segan terhadap Tumenggung Dalang.

Dengan kesaktian yang ia miliki , Tumenggung Dalang selalu berbuat jahat contohnya suka mengutuk orang , suka membajak perahu yang berlayar hilir/mudik di sungai Landak (kalau tidak menyerah si Dalang akan berkata "terbalik perahu orang itu dan mereka akan di makan buaya" maka terjadilah apa yang di katakannya).Makanya masih ada penemuan peninggalan barang unik guci atau tempayan hasil rampasan Si Dalang CS di daerah ini, namun sayang sudah tidak utuh karna pecah akibat terbakar ( penjelasan terbakar ada dicerita bawah/endingnya ).
Tumenggung Dalang mempunyai anak perempuan yang bersifat manja dan angkuh, apa yang diminta harus segera dipenuhi. Hal ini membuat anak - anak desa enggan berteman dengannya.


buka bakung
Disuatu hari anak - anak dikampung itu sedang bermain bunga Bakung dan datanglah putri Tumenggung ingin bermain juga. Karna anak - anak itu tidak suka dengan sifat manja si putri mereka pun membubarkan diri dan meninggalkan putri Tumenggung Dalang sendiri. Karna penasaran dengan bunga bakung, putri ini pun mencari sendiri bunga itu di tepian sungai Landak. Namun ketika mencari bunga, pandangan putri Dalang ini tertuju pada sesuatu yang berkilau nan indah dari Linggir/tanduk Nabo yang sedang melintas di sungai.
Keberadaan Nabo pada saat itu bukanlah makhluk yang spektakuler dan waow bagi penduduk Binuah.Nabo itu memang mempunyai linggir/tanduk yang indah karna di hiasi dengan emas dan intan. Karna si putri mempunyai sifat angkuh, apa pun yang dia inginkan harus tercapai, maka dia pun nekad mengambil linggir Nabo. Di umpannya Nabo dengan sesuatu agar menarik perhatian nabo, ketika nabo mendekat dan semakin mendekat, dengan cepat putri Dalang ini mencengkram Linggir/tanduk nabo. Karna merasa terancam nabo ini pun melawan dan dengan reflek menelan putri Temunggung Dalang. 

Karna Dalang adalah orang sakti, timbul perasaan tidak enak dalam batinnya dan merasa putrinya dalam keadaan terancam. Si Dalang pun langsung mencari anaknya kesana kemari dan sampailah ia pada tepian sungai dan melihat sisa/potongan pakaian putrinya di tepi sungai. Dalang tau ini adalah perbuatan nabo, sedangkan nabo tidak bisa ia kalahkan dengan kesaktian lidahnya.

Akhirnya Tumenggung Dalang mengumpulkan warga Binuah untuk membantunya mengalahkan nabo. seluruh pria yang ada di kampung itu mengerahkan tenaga untuk mengalahkan nabo. singkat cerita Dalang dan warga desa menemukan sarang nabo, lubangnya di tepian sungai mereka tutup dengan menancapkan kayu ulin/belian agar si nabo tidak bisa kabur. setelah itu mereka pun menggali lubang kesisi lain untuk menemukan badan nabo. setelah lubang digali dan menemukan tubuh nabo, mereka pun memotong tubuh nabo itu maka matilah nabo itu. Entah berapa lubang yang mereka gali dan berapa potongan tubuh nabo yang mereka potong, tapi sepanjang - panjang kampung/binuah itu masih lebih panjang tubuh nabo yang mereka potong - potong tadi setelah di potongan tubuh nabo itu di susun (ini adalah perbuatan terlarang setidaknya perbuatan ini tidak menghargai nyawa makhluk hidup alias Mali').

Untuk mengenang kematian putrinya, Tumenggung Dalang pun membuat pesta 7 hari tujuh malam dengan bahan utama daging nabo sebagai makanannya. Semua penduduk memakannya, yang tak sempat datang kepesta karna ada anak kecil atau alasan lainnya maka daging nabo itu di antarkan kerumahnya. Namun ada juga 1 atau 2 keluarga yang berladang + berburu  di tengah hutan yang tak sempat pulang ke binuah karna menjaga ladangnya akhirnya tak bisa menghadiri pesta dan tidak ada yang mengantarkan daging nabo pada mereka. Setelah pesta berakhir tepatnya pada hari kedelapan, semua penduduk kampung/binuah termasuk Tumenggung Dalang mati keracunan akibat memakan daging nabo (mungkin tulah barangkali). Yang tersisah hanya balita yang tidak memakan daging nabo.
Setelah lewat hari yang menggenaskan itu, pulanglah keluarga yang berladang ditengah hutan mendapati seluruh penduduk mati menggenaskan (kecuali beberapa balita yang selamat sambil menangis), ada yang di jalan - jalan, ada yang di rumah, dll. Ada pula mayat mayat yang masih utuh, ada yang sudah hancur, bahkan ada pula yang dimakan binatang buas dan burung karnivora. Seberapa mampunya saja beberapa mayat ini dikubur, ada yang 1 lubang sampai belasan mayat, ada pula yang dihanyutkan ke sungai. karna keterbatasan tenaga akhirnya kampung/binuah ini pun di bakar dan keluarga ini pun pindah dan membawa serta balita yang masih hidup ke seberang sungai sebagai ganti kampung/binuah yang mereka bakar.

Dan kampung itu di namakan Nyawan. Singkat cerita keluarga ini bertumbuh dan beranak pinak dan membuat kampung baru yang dekat dengan sungai karna alasan lebih gampang mencari ikan (Kampung Nyawan memang jauh dari sungai) dan kampung itu bernama Sekamu dan Penyalak (Bago).

            Nah itulah sepenggal cerita yang saya dapatkan dari tua - tua disana. Berangkat dari cerita itu membuat saya tertarik untuk mengunjungi sisa sejarah binuah dan lubang nabo, ini juga cara saya untuk melestarikan cerita daerah agar tak lekang di makan waktu.





Memang bukti peradaban dari cerita diatas banyak yang rusak akibat pekerjaan PETI (Penambang Emas Tanpa Izin). namun tetap akan saya sajikan sebagai pelestarian cerita daerah yang diceritakan secara turun temurun ke anak cucu.
Semoga apa yang telah saya tuliskan ini dapat di ambil hikmahnya karna saya tau sobat pembaca adalah orang yang budiman dan bijak.


Selesai








2 komentar:

  1. Salam blogger dari landak, artikel yang sangat menarik,
    Silahkan berkunjung di Gubuk kecil ku disini : http://bloggerlandak.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Salam blogger juga bro. Semangat trus berbagi hal baik melalui tulisan

    BalasHapus