23 Mei 2016

XPDC ke Bukit Jamur Bengkayang - KalBar

        Pada tanggal 2 mei 2015 saya untuk ke dua kalinya berkunjung ke bumi Sebalo. kali ini pasukan yang saya bawa sebanyak 10 orang, eemmm sebenarnya sih yang bawa bukan saya tapi kesepuluh orang teman saya yang ajak ... hahahha.
saya perkenalkan terlebih dahulu nama - nama pelaku yang ikut dalam xpdc kali ini  : 1) Didi slembe --> pria yang satu ini
bawaannya santai melulu ,hujan badai gayanya ya santai aja, tak heran slembe cocok menggambarkan dirinya, mungkin bawaan dari lahir x ya

2) Bartel/dedek --> Meski pun di panggil dedek, Beliau adalah orang yang di tua kan dalam tim ini, lebih tepatnya Sesepuh kami
 3) Gery dan 4) Gagas --> abang adik yang tak terpisahkan, dunia akan hampa tanpa bacot mereka terutama Gagas. Kau tau sobat terkadang dunia ini sedikit membutuhkan kebisingan dan mereka lah orangnya yang tepat.
5) Fredy kampret --> Lelaki bertubuh kekar dan putih legam ini adalah photografer kami, beri tepuk tangan untuknya ... preeeeet
6) Rendy sotoy(bukan rendy bakso) --> Cowok culun tapi kece ini cukup bisa diandalkan terutama dalam hal membawa tenda terpal, hehehe
7) Riko ape ye ? --> Cowok berwajah tampan dan songong ini berhati baik lho, setidaknya dia lah yang menampung kami selama berada di Bengkayang - Lumar tempat kakeknya, dan kemalaman saat pulang ke Pontianak, lagi - lagi Riko mempersilahkan kami bertamu di rumahnya yang ada di anjungan
8) Lia bungsu --> anak buntut ini piawai dalam memasak setidaknya dia berhasil memasak mi instan dan telur dadar berbentuk muka Gery
 , 9) Ubet pakai S di ujung namanya --> selain pandai masak cewek yang satu ini juga lihai dalam berfoto, 4GB dari 8GB kapasitas memori kamera adalah penampakan tentang dirinya
10 )Togi toge ---> tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang mahkluk astral yang satu ini karna kami belun pernah berjumpa, namun ketika pertama kali mendengar namanya saya langsung terbayang dengan Toge alias kecambah dan benar saja, ketika berjumpa untuk pertama kalinya dan saya bandingkan dengan toge hasilnya 11 - 12 coy, hahay
11) yang terakhir FAJAR RONALD GIRI --> yang belum tau tentang Gue silahkan baca disini (namanya pakai huruf kapital dan paling keren diantara nama - nama diatas) jangan banyak protes , Blog ... blog Gue , yang nulis pun Gue , jadi ... suka - suka Gue doooooooooooonggggggg ... hahihuheho
Sekian dulu perkenalannya dan mari kita lanjutkan ceritanya.




Karna waktu  itu penuh dengan pertimbangan bahkan hampir tidak jadi akhirnya kesembilan teman saya pergi duluan serta saya menyusul belakangan(kurang lebih terpaut 1jam dari teman yang sudah duluan). Menunggangi Honda Astrea Star th 87 bukan halangan bagiku, bak pembalap saya pun meluncur menyusul teman yang sudah duluan pergi.


            Sesampainya di Anjungan arah mau ke Bengkayang saya mampir dulu di sebuah toko yang saya nilai pas, ya pas buat sarapan murah. Toko itu menjual mi sagu, saya lalu memesan 1 mangkok mi sagu dan menyantapnya dengan sedikit kurang sopan. Maklum saja selain mau cepat, tekstur mi sagu kan kenyal - kenyal gimana gitu, kalau di ambil dengan sendok melawan jadinya saya tuang aja di mulut. Dan beruntungnya saya harga semangkok mi sagu hanya 3ribu doang kenyang lagi. selepas sarapan saya langsung tancap gas kembali mengejar buronan, eh maksud saya mengejar teman - teman.
sempat singgah beberapa kali untuk mengambil gambar yang saya nilai indah akhirnya saya pun sampai di Bengkayang dan berkumpul bersama 9 orang teman saya. ( Loh ... kok sembilan katanya 10...? ) yup ... yang 1 nya sangkut di Sanggau Ledo dan sudah janjian akan bertemu di Bengkayang tepatnya di desa Lumar. Sesampai di Lumar dan sambil menunggu teman yang dari Sanggau Ledo (namanya Togi  masih serumpun sama Toge), kami mandi dulu di belakang rumah kakek Riko yang kebetulan ada anak sungai. Airnya sangat sejuk BRRRRR ... maklum saja karna mata airnya berasal langsung dari gunung yang berada tak jauh dari Lumar.


              Jam menunjukan pukul 15.00 selang 10menitan akhirnya Togi pun tiba di Lumar. Tidak ingin membuang waktu kami pun hendak bertolak menuju bukit Jamur yang menjadi target kami dari awal. Namun sayang tekad kami tak selaras dengan kondisi alam yang mendung dan hujan seketika. Akhirnya rencana kami pun di tunda menunggu hujan reda. Hujan yang menciptakan hawa dingin ternyata juga membangkitkan rasa lapar, kalau sudah begini Lia dan Ubet's yang akan ambil alih keadaan. Mereka meracik mie instan dan telur dadar untuk memuaskan rasa lapar ini.
(kok telur dadarnya kaya' muka Gery ya ?)
Sekitar jam 15.40 hujan reda dan kami pun langsung meluncur menuju pasar Bengkayang dan singgah sebentar membeli perbekalan untuk disantap di Bukit Jamur.

Belakangan saya ketahui ada dua jalur menuju bukit jamur yaitu jalur Belangko dan jalur tiga desa, kami menempuh jalur tiga desa karna pada waktu itu pun kami sebenarnya tidak tau posisi bukit jamur, hanya modal bertanya pada orang - orang saja. Tepat jam 17.00 kami pun sampai di desa terakhir , disitu kami menitipkan motor dimana tarif parkir per motor hanya 5ribu dan tanpa ada pungutan uang masuk alias gratis kalau mau ke bukit jamur (ini baru mantap). Setelah berfoto kami memulai perjalanan menuju bukit jamur.


Tim ke Bukit Jamur

Karna hari mulai senja, sedikit pemandangan yang dapat kami saksikan, namun pemandangan sunset dari lereng bukit cukup membuat kami terbius sehingga kami salah arah. Sah - sah saja jika harus melewati lereng bukit namun karna medan licin sehabis hujan tentunya sangat beresiko bagi kami, sehingga kami harus balik arah kepersimpangan semula.


Senja di lereng bukit

Saat itu hari mulai gelap, Tak mau kehilangan banyak waktu saya mengusulkan untuk potong kompas, selama perjalanan potong kompas banyak perangkap yang di pasang penduduk kampung disisi jalan setapak untuk menangkap babi,rusa dan sebagainya, oleh sebab itu kami berjalan extra hati - hati. Salah langkah maka kami akan terkena perangkap dan saya tidak mau jadi babi panggang. Kalau lah harus jadi babi panggang mungkin Bartel atau Gery yang cocok di jadikan tumbal , hahihuheho...

                Meskipun tinggi bukit jamur kurang lebih 500 mdpl tapi dengan minim informasi tentang pendakian bukit jamur tentu menyulitkan kami. Belum lagi fisik yang hampir tidak ada istirahat dari kemarin membuat daya gerak kami lamban. Tapi itu bukan sebagai alasan atau kelemahan kami, kami menikmati pendakian itu, suara khas serangga malam membuat perjalanan menarik tuk di telusuri.sesekali gemercik air yang membelah jalan setapak membuat perjalanan seru.




45menit sudah kami berjalan akhirnya sampai juga pada kaki bukit jamur. Disinilah pendakian yang sebenarnya , tenaga jiwa dan mental serta ketampanan dan kecantikan yang masih tersisa harus kami kerahkan untuk menaklukan bukit jamur. Mengingat kemiringan bukit ini cukup terjal , belum lagi kondisi yang licin menjadi tantangan tersendiri dalam pendakian ini. salah langkah dan terjatuh saya bisa terguling - guling kebawah dan dapat dipastikan itu akan berdampak fatal. Kalau melalui jalur Belangko tentu tidak seberat ini karna jalur belangko sudah di buat bedengan tangga untuk mendaki bukit.


Dekil eh


Syukurlah itu tidak terjadi pada saya dan teman saya, dengan susah payah akhirnya kami pun sampai di puncak Bukit Jamur. Hal pertama yang saya lakukan adalah bersyukur kepadaNYA karna atas bimbinganNYA saya dan teman - teman bisa sampai dengan selamat di bukit jamur. Teriakan kemenangan ku gaungkan ke arah bawah tepat berhadapan dengan kota Bengkayang. Rasa lelah dan penat yang mendera jiwa sedikit demi sedikit mulai menghilang seiring dengan sambutan semilir angin yang membelai lembut jiwa ini.

Setelah tenaga yang terhimpun mulai terkumpul, kami pun berbagi tugas ada yang mencari kayu bakar untuk dijadikan api unggun , ada yang mendirikan tenda , tapi ada pula yang asyik selpi ... gggrrrrrrrrrrrr
Saya sendiri pisah tenda karna tenda mereka pasti tak akan muat menampung banyak orang, setelah membantu mendirikan tenda mereka saya pun mendirikan tenda juga, walau bentuknya aneh saya lelap kok tidur di dalamnya.


Yang benar lah kerja tu

               kira - kira jam 03.20 rintik hujan kembali menyapa bumi sebalo, karna tenda tetangga sebelah bocor maka terdengarlah langkah kaki yang kocar - kacir berlarian mencari tempat perlindungan (bocor kawan ? hahahaha ,,, makanya pakai no drop). Kasihannya teman - temanku hahahaha ... sementara saya hanya bisa diam tenang menikmati tidur. (maaf cs terutama Bartel, tendaku hanya muat satu orang)


kasian eh





            Tak terasa hari sudah pagi, disaat saya keluar dari tenda sambil meregangkan tangan dan kepala, saya seolah - olah terbius dengan pemandangan indah yang disajikan dihadapan saya. Ketika sang fajar masih menyapa belahan bumi lain, disini Samudra awan kabut menguasai bumi Sebalo. Tepat berada di bawah saya, samudera awan kabut menutupi kota Bengkayang, saya merasa seolah - olah berada di puncak gunung semeru, seperti cerita film 5cm gitu hahay.




Rasa lelah yang ku alami kemarin tak sebanding dengan karya Tuhan yang sangat indah di hadapanku ini. Disaat itu kami coba tuk renungkan keagungan Tuhan dan mengucap syukur kepadaNYA.
Meracik secangkir kopi sebagai teman lambung dipagi hari sambil menikmati lautan kabut awan sungguh pengalaman yang sangat mahal harganya. Kulayangkan kembali pandangan ke kabut awan sejenak kurasakan diri ini melayang - layang, adakah slalu ku rasa damai menghampiri ? ya ... ku tau jawaban itu ada pada diri sendiri.




Kau tau sobat keindahaan alam yang ada di bukit batu ini sangat berpotensi sebagai andalan tempat wisata Kab Bengkayang, tentunya itu perlu usaha kerja keras, bukan hanya dari PemKab Bengkayang saja menurut saya. Perlu adanya elemen lain agar bukit jamur menjadi daya tarik yang bernilai tinggi.




Namun sayang masih saja ada tangan yang tidak bertanggung jawab. Sampah yang berserakan akibat pengunjung yang nakal menjadi bukti kesadaran akan pelestarian alam masih minim. Entah apa arti dari istilah kebersihan adalah sebagian dari iman bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Saya jadi bertanya - tanya kemana mereka sembunyikan sebagian Iman mereka ...




Ah sudah lah, tak ada dampaknya juga ngomel - ngomel tak jelas, akhirnya kami bertindak nyata dengan mengumpulkan sampah - sampah yang ada di sekitar puncak bukit jamur. Setelah sampah terkumpul kami pun langsung membakarnya dan hasil abunya kami timbun kedalam tanah agar cepat terurai dan menjadi pupuk. Kini perasaan ku tentram kembali karna pemandangan asri tanpa sampah menambah keindahan pesona bukit jamur.

               Sang fajar kini mulai menyinari bukit batu, perlahan kabut awan pun mulai mencari tempat persembunyian.
Matahari yang semakin lama semakin tinggi menandakan inilah perjumpaan terakhir kami pada bukit jamur.
Setelah puas menikmati Keindahan alam serta puas pula berfoto ria kami pun berkemas dan pulang dengan membawa pengalaman yang berharga. Kami tak akan lupa dengan pengalaman ini, suatu saat saya akan datang lagi meng-explore bukit jamur lebih jauh lagi.
Trima kasih Tuhanku ... Trima kasih Bengkayang ... Trima kasih Bukit Jamur.





Salam Lestari

Salam Petualang

4 komentar:

  1. Asik eh...
    Lain kali boleh juga saya ikutan dengan geng" abang ni... heheheh.
    saye orang bengkayang, namun sekali pun ndak pernah mijak bukit jamur, alasan tak ade kawan yang sehe, tak beduetlah, dan tetek bengek lainnya lah hahahah.
    Seru cerita kitak bang,, nampaknya abang harus nerbitkan novel lah,,, biar aku jadi pembaca pertamanya ;) .
    Akhir kata, terima kasih bang, sangat suka dengan blog-blog aktivitas traveling (Y).
    Semangat blogging.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank atas kunjungan nya, maaf tak ku sediakan segala kopi teh tumpi dan pue' hehehe
      boleh juga tu adventure bareng, aplg agenda ane ke Bky msh bnyak seperti explore Riam Merasap , riam berawan, goa romo , dan mendaki gunung bawang yg menjadi ikon Bky. mslh adventure ama ane uang no sekian yg utama adlh niat.
      oke salam bloging traveler dan sukses selalu sob Babang Flash

      Hapus
  2. Keren gan gua juga pernah ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. samudera kabut awan tepat berada dibawah kita. serasa berada di negeri awan kan sob. hehehe

      Hapus