12 April 2016

XPDC ke Bukit Batu Sompak Kab, Landak - KalBar

Pada hari Minggu tanggal 02 Desember 2011 saya kembali berpetualang. Kali ini saya mengunjungi Bukit Batu yang berada di daerah Sompak Kabupaten Landak - KalBar.Bukit Batu adalah salah satu tempat wisata yang belum banyak di ketahui orang. Lebih tepatnya Bukit batu adalah wisata lokal yang lebih di kenal di daerah itu sendiri (Daerah kecamatan Sompak Red.)

Bukit Batu tampak dari kejauhan & dari dekat

Kenapa diberi nama bukit Batu ? yosh ,,, bukit ini terdiri dari susunan bebatuan yang membentuk bukit dan ditumbuhi beraneka macam tumbuhan. Konon ceritanya Bukit batu adalah sebuah desa yang di kutuk menjadi batu karna warga desanya yang jahat sombong dan serakah. saya akan menceritakan sedikit penggalan ceritanya ; Pada suatu hari sebuah desa sedang merayakan pesta pernikahan yang meriah dimana semua warga desa semua diundang kecuali nenek renta dan cucunya yang miskin. Nenek dan cucunya ini hidup terkucilkan dan menetap di batas desa. Karna kepolosan cucu nenek ini yang ingin melihat kemeriahan pesta, dia pun pergi ke pesta tanpa sepengetahuan dari neneknya (padahal sudah dilarang neneknya). ketika sudah sampai di balai desa yang sedang menggelar pesta dan jamuan makan, ada beberapa warga desa yang melihat anak ini dan langsung mengusirnya karna tak pantas menghadiri pesta dengan pakaian yang lusuh, mulanya anak ini tak mau di usir tapi setelah di iming - imingi dengan daging (Jinton) akhirnya anak ini pun pulang dengan hati yang gembira, Sepanjang perjalanan pulang daging ini terus di gigitnya namun tak jua putus. Dan sampailah ia kepada neneknya dan bertanya : nek kok dagingnya liat ya ? setelah neneknya melihat daging itu, si nenek pun berlinang air mata karna yang di makan cucunya bukan daging melainkan Jinton. Jinton adalah getah dari pohon karet yang sudah mengering dan menggumpal.
Si nenek pun murka dan mengutuk, diambilnya kucing dan di pasangkannya pakaian dan di dandaninya. Dilepaskannya kucing itu di desa yang sedang berpesta sambil mengucapkan kutukan : barangsiapa yang menertawai kucing ini maka akan berubah menjadi batu. Ketika warga desa melihat kucing yang berpakaian maka tertawalah mereka, saat itu tiba - tiba cuaca menjadi mendung dan turun hujan lebat disertai gemuruh petir dan seketika itu juga mereka menjadi batu. Si nenek dan cucunya lari dan masuk gua untuk menghindari bencana, konon mereka bertahan hidup dengan memakan kelelawar dan ular hingga akhirnya mereka menemukan jalan keluar dan hidup bahagia. Itu lah ringkasan cerita yang saya dapat dari berbagai sumber dari tua tua sesepuh disana.
Sekarang kita kembali lagi ke cerita xpdc saya :

       Berangkat pada pagi hari kira - kira pukul 05.40 wib, saya serta 2 rekan saya Sianto dan Jamino menyusuri jalan setapak menembus hutan tropis dengan berjalan kaki.Karna melewati hutan, sering saya berjumpa hewan - hewan aneh yang saya sendiri tidak tau namanya mulai dari jenis kumbang,kodok hingga hewan melata seperti ular. Setelah menembus hutan kami pun melewati pematang sawah, sesekali saya terjatuh melewati setapak jalan kecil area persawahan dan cekikikan Sianto dan Jamino pun membuat perjalanan terasa asyik. Terbitnya sang fajar dari balik gunung membuat saya terpana akan keindahan yang sulit saya ungkapkan. Pancaran sinar matahari yang hangat seolah - olah memberi harapan pasti bagi kami.


Dari rumah Sianto , desa Batukng Amawakng hingga sampai di kaki bukit , desa Kamayo kami tempuh sekitar 1 jam 29 menit itu pun dengan cara potong kompas. Rasa lelah tentunya menghardik apalagi pada bagian betis rasanya habis di tackel bek lawan.(Lu kira main bola coy hehehe) Mana bekal air minum kami sisa 1 botol ukuran 1 liter lagi. Hey , ini masih permulaan tapi air kami sudah sekarat. Bodo amat, Amat aja gak bodo, lanjut sajalah. Setelah lutut terasa sedikit ringan kami pun melanjutkan perjalanan. Pelan namun pasti langkah trus kami ayunkan demi mencapai puncak bukit. Kali ini persediaan air pun habis, nyawa serasa amat dahaga. Akhrinya kami pun istirahat kembali sambil berunding mencari solusi. Jamino mempunyai ide dan tanpa persetujuan kami Jamino pun langsung masuk ke hutan sedikit lebih dalam, keluar jalur pendakian. Rupanya Jamino mencari sumber mata air dari aliran anak sungai yang mengalir di sekitar kaki bukit. Air nya sungguh terasa segar, kaya' ada manis manisnya gitu. Sekarang tidak akan ada lagi yang bisa menghentikan langkah kami mencapai puncak. Puncak ... puncak ... puncak ... kami pasti sampai Puncak, Emak doakan anakmu ini.



      Suara burung yang beraneka ragam sangat merdu menghiasi hutan yang masih terjaga kelestariannya.Hamparan batu mulai dari ukuran kecil hingga raksasa menambah nilai history yang mengingatkan saya pada cerita nenek moyang, Apakah betul ini desa yang dikutuk menjadi batu ? Apa pun mitosnya saya hanya mengambil hikmah nya agar jangan sombong pada sesama makhluk ciptaanNYA. Setelah kira kira pertengahan bukit kali ini mental kami benar benar di uji, bagaimana tidak, terjal serta kemiringan hampir 90 derajat harus kami lalui, Tidak ada ampun tidak ada diskon untuk tanjakan kali ini. Bahkan ketika berhenti sejenak mengambil nafas saja saya tidak bisa berdiri terlalu tegak karna takut jatuh tergelincir, saya harus berpegangan dari satu dahan ke dahan lainnya dan ini terus kami lakukan hingga sampai di puncak.

Sianto & Jamino

      Akhirnya saya dan teman - teman sampai juga pada Puncak Bukit Batu yang kami tempuh sekitar 1jam lebih sedikit dari kaki bukit. Rasa lelah yang sempat singgah kini perlahan sirna setelah melihat landskap yang sangat indah. Mungkin ini adalah reward kami karna telah berhasil mencapai puncak dengan penuh semangat.Tradisi kuno dengan teriak sekuat kuatnya ketika sampai di puncak kami lakukan.Tidak ada penjelasan ilmiah tentang berteriak saat mencapai suatu ketinggian tapi terasa puas ketika dilakukan, sobat boleh mencobanya.
Pemandangan yang disuguhkan sangat mengagumkan. Terhampar luas pemandangan sawah yang berpetak - petak dan tertata rapi lengkap dengan petaninya yang sedang membajak sawah. Dari sini saya juga dapat melihat perkampungan = perkampungan yang tersebar di daerah Sompak. Riuh suara burung dengan sedikit sentuhan manis angin sepoi - sepoi mengobati raga yang sempat letih ini. Suatu kehormatan bagi saya dapat berkunjung di sini , di Bukit Batu kec Sompak desa Kamayo. Suatu saat saya akan kembali lagi kesini dan kuharap masih tersimpan suasana damai tenteram yang di balut keindahan ketika saya kembali nanti.



Ada satu hal yang membuat saya penasaran, Gua yang menjadi mitos pelarian si Nenek dan cucunya yang belum saya kunjungi. Dan misteri ini masih belum terpecahkan oleh siapa pun sampai sekarang.Menurut info yang beredar memang ada gua yang panjangnya belum diketahui di Kalimantan ini, para peneliti hanya sanggup mengukur hingga 48km saja karna keterbatasan alat dan dana. Apakah disini ?  Akankah kelak terpecahkan atau tetap menjadi misteri sebagai wujud dari dongeng nenek moyang !
Biar waktu saja yang menjawabnya.



Salam Backpacker
Salam Rimba

1 komentar:

  1. Cerita seperti itu juga pernah diceritakan oleh nenek saya, tapi nggk dimana persis kejadiannya., oh ternyata di Kal Bar ruapanya.., semoga kaki ini bisa melangkah kesana.,! Salam kenal!

    BalasHapus