01 Mei 2016

Ekspedisi Lintas Pulau 1 --> Pulau Semesak Bengkayang Kalimantan Barat

Salam Bahari,


     Halo sobat backpacker, apa kabar ! semoga kamu disana sehat selalu dan tetap bernyali untuk berpetulangan.
Ngiming – ngiming tentang petualang, saya akan berbagi kisah kembali tentang petualangan saya bersama 2 rekan saya yang tak kalah gilanya dengan saya. Ekspedisi kali ini kami namakan XPDC Lintas Pulau. Yup … kami akan mengunjungi beberapa pulau yang ada di Bengkayang dan Singkawang. Banyak kisah unik yang mewarnai perjalanan kami kali ini. Sebagai anak backpacker, tentunya kami harus cerdik mengontrol pengeluaran(money). Mulai dari pengeluaran bahan bakar hingga makan pun harus kami perhatikan. Terlepas pada status kami sebagai anak backpacker, kondisi dompet memang lagi surut, sesurut air laut yang tertiup angin muson , hehehe. Di xpdc ini juga saya hampir kehilangan nyawa karna …. !!! serta kisah seru kami bermalam di pulau terkecil di dunia. Mau tau kisah saya selengkapnya …??? Ayo kita kemon

Tulisan ini di persembahkan oleh :



      15 Juni 2012 ,  saya dan 2 rekan saya Rangga dan Masai kembali berpetualang.  05.30 pagi kami bertolak dari Pontianak menuju Kec. Sungai Raya – Kab. Bengkayang dengan menggunakan motor. Jarak Pontianak –> Sungai Raya sekitar 110 km dan sasaran kami yang pertama adalah Pantai gosong. Kenapa dinamakan pantai gosong ? konon ceritanya pantai ini terbentuk karna kebakaran hutan yang membakar area tepi pantai sampai gosong tak tersisa selain abu dan arang. Makanya nama pantai ini adalah pantai gosong. Tapi kenapa harus pergi ke pantai gosong ? yup ... karna kami suka mengunjungi tempat yang belum terekpose secara luas dimasyarakat umum. Alasan lainnya karna jika berkunjung di pantai yang indah ini pengunjung tidak di pungut biaya alias gratis (pas buat anak backpacker seperti kami).

Tapi sebelum sampai di pantai gosong kami sempat singgah sebentar di kab. Mempawah untuk sekedar berbelanja bekal karna kami tidak membawa apa – apa dari rumah selain semangat 45, di ujung mempawah kami juga singgah sebentar di pantura yang bernama Penibong untuk testing penampakan wajah tampan melalui kamera klasik. Ini penampakannya :




       Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan, hampir tidak ada hambatan berarti saat perjalanan. Walau motorku butut tapi tarikannya coy, membuat motor mak janda iri hehehe.




Setelah memasuki daerah sungai raya ada jembatan / gorong-gorong dan tikungan dimana jalan lurus menuju singkawang sedangkan ke kiri menuju pantai gosong. Kami belok ke kiri dan memasuki perkampungan nelayan. sekitar 10 menit menelusuri perkampungan akhirnya pada pukul 08.35 kami pun tiba di pantai gosong.

Hal pertama yang saya rasakan adalah gembira karna pemandangan laut yang luas serta pohon kelapa yang berjejer rapi tumbuh di atas pasir serta angin laut yang berhembus membuat jiwa menjadi sejuk. Cukup lama kami terdiam tanpa kata. Momen ini membuat kami mengambil diri untuk melepaskan energy negative yang ada pada diri kami.





     Setelah cukup lama kami mengheningkan diri, perut mulai terasa lapar. Maklum kami pergi belum sarapan dan menempuh perjalanan panjang tentunya perut kami mulai keroncong. Kami pun mulai mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun dan memasak mi instan. Setelah makan kami pun berjalan menelusuri pantai. Pemandangan yang indah dan suasana yang sejuk serta hamparan pasir yang panjang tidak membuat kami lelah walaupun harus berjalan kaki meng-explore pantai gosong. Dan sampailah kami pada ujung pantai yang di batasi dengan tebing yang berbentuk tanjung dimana tebing ini juga bermanfaat sebagai tameng dari serangan ombak. Di ujung pantai juga terdapat bukit kecil yang menghadap laut dan itu membuat kami penasaran untuk mendakinya. 

Jalanan yang sedikit curam berhasil kami tempuh dan kami berhasil berada di puncak. (konon ceritanya bukit ini dulu dijadikan tempat bersembunyi rakyat sekitar dari kejaran tentara Jepang, anehnya ketika tentara Jepang mencari rakyat yang lari di bukit ini, mereka tidak menemukannya. Sering terjadi perang gerilya juga di bukit ini)
Pemandangan dari atas bukit sangat WAOWWWWW … sungguh pemandangan yang spektakuler, saya dapat melihat laut dari sudut pandang yang berbeda dari puncak bukit ini. Tampak jelas pulau - pulau yang tersebar di daerah dekat Pantai gosong ini. Seperti Pulau Semesak yang nanti akan saya kunjungi, Pulau Kerak, Pulau Tempurung, Pulau Kabung, Pulau Penata, Pulau Kecik dan lain - lain.




Setelah puas menikmati pesona laut dari bukit kami pun turun dan sesampainya kami pada kaki bukit kami berjumpa dengan ibu – ibu yang baru pulang dari melaut.
Selamat Siang ibu … sapa ku. Selamat Siang juga dek, jawab ibu itu. Kami pun berbincang –bincang dengan ibu – ibu yang baru pulang dari memancing dan mencari sayur di seberang pulau.
Memang di seberang pantai ada sebuah pulau yang kelak saya ketahui bernama pulau Semesak. Saya tertarik pada penuturan ibu tadi yang mengatakan pulau itu bisa di kunjungi hanya dengan berjalan kaki kalau air laut lagi surut.

Singkat cerita saya pun nekad menyebrangi pulau dengan berjalan kaki. Memang pada saat itu air laut sedang surut. Saya bersama Rangga akhirnya menyebrangi pulau dengan berjalan kaki sedangkan masai tinggal di pulau karna takut tenggelam(tak pandai berenang si Masai).

Awalnya selutut tapi setengah perjalanan airnya setinggi paha dan akhirnya saya dan Rangga pun sampai di pulau semesak. Pemandangan disini tak kalah indahnya dengan pantai gosong. Saya dapat melihat pantai gosong dengan keseluruhan dari pulau ini. Saya dan Rangga pun asyik berjalan di bibir pantai menyusuri pulau semesak. Pasirnya lembut dan putih berbeda dengan pasir yang ada di pantai gosong. Maka tak heran di pulau ini banyak di penuhi oleh hewan umang-umang / undur-undur mulai dari ukuran mungil sampai sebesar kepalan tinju orang dewasa. Saya dan Rangga keasyikan mengambil umang – umang yang lucu hingga lupa waktu.

Saya pun mengajak Rangga kembali ke pantai : Rangga udah lama kita di pulau ni, ayo’ kita balek ke pantai kasian Masai sendirian disana. Yok lah, jawab Rangga dan kami pun pulang menuju pantai. Tapi rasa curiga mulai muncul ketika masuk kedalam air, tadi perasaan air nya setinggi lutut lah … kok sekarang jadi tinggi sepaha sih. Lama kelamaan baru lah kami sadar bahwa air laut mulai pasang. Belum pertengahan jalan,air laut sudah setinggi dada kami. Kami pun bergegas agar cepat sampai di pantai. Tapi apa mau dikata air laut lebih cepat daripada kami.

Kini air laut semakin tinggi,lebih tinggi dari ukuran tubuh kami sehingga saya dan Rangga pun harus berenang. Gelombang semakin besar, sesekali menampar wajahku dan membuat perih mataku karna asinnya air laut. Jujur saya mulai panik saat itu, saya yakin Rangga juga demikian karna terlihat dari wajahnya yang culun, hahahay. Semakin kami berenang rasanya semakin jauh dari bibir pantai, itu disebabkan karna gelombang yang menyeret kami ke tengah.

Saya mulai putus asa saat itu, saya pun memutuskan untuk mengubah gaya renang dari gaya bebas menjadi gaya punggung. Ini salah satu caraku mengusir rasa panik agar tidak melihat bibir pantai yang semakin lama semakin menjauh saja. Saya mulai terserang halusinasi, saya berpikir mungkin saya akan mati tenggelam di pantai ini, saya akan masuk koran lokal halaman pertama : “ 2 orang pria tewas karna tenggelam di pantai gosong “ begitulah judul yang tercetak tebal di koran halaman pertama. Beritanya update sampai 3 hari, para netizen penggemar kami pun heboh memperpincangkan kematian kami di dunia maya.
Dan saya memikirkan nasib kedua istri dan seorang anak saya … eh salah, seorang istri dan seorang putri. Istri saya menjanda dan anak saya yatim. Istri saya akhirnya menjadi TKW di Malaysia sementara anak saya di titipkan pada neneknya/ibu saya. Karna istri saya kesepian akhirnya dia pun tak tahan dan memutuskan menikah lagi dengan pria Malaysia… !!! aaaaaaaaaaaaaaaaa ……. Tidaaaaakkkkkkkkkkk …. Uhuk … uhuk … uhuk (batuk). Seketika lamunan saya bubar dan tersadar karna terpaan gelombang air laut yang masuk kedalam mulut sehingga saya tersedak. Tidak … tidak … saya tidak boleh patah semangat, saya harus hidup dan saya pun menyemangati Rangga yang sudah loyo, Ayo coy semangat.

Tak lama berselang Rangga pun berkata : itu kayanya ada sampan bang,,, saya pun mengubah gaya renang punggung menjadi gaya bebas dan menghadap kedepan. Dan memang betul itu adalah sampan nelayan, tanpa malu dan gengsi saya dan Rangga langsung teriak minta tolong. Tolong … tolong …tolong. Takut sampan nelayan tak melihat, saya pun berenang sprint kearah sampan. Entah dari mana tenaga itu padahal saya sudah lelah sekali. Tanpa aba - aba lagi dari nelayan itu saya pun langsuung naik ke sampan sehingga sampan tidak seimbang mengakibatkan air banyak masuk kedalam sampan (Untung tidak karam).

Sang nelayan pun bergegas membuang air yang masuk kesampan sementara saya terkapar di hadapannya. Belum selesai nelayan itu membuang air, Rangga pun langsung naik ke sampan dan membuat sampan kembali masuk air(hampir karam) sang nelayan dengan cepat membuang air sementara saya dan rangga terlentang di hadapan nelayan itu karna kelelahan. Nelayan itu baru saja pulang dari memasang pukat dan bubu untuk menangkap ikan dan kepiting. Dan beruntungnya saya karna di pertemukan Tuhan dengan nelayan ini. Singkat cerita kami pun di antarkan nelayan itu di tepi pantai. Masai yang sedari tadi menanti kedatangan kami bukannya membantu malahan menertawakan kami dan berkata ; oh ,,, rupanya kalian masih hidup coy ku sangka dah mati tenggelam tadi. (kurang ajar masai,dasar ikan buntal).

Terimakasih banyak Cek karna telah membantu kami, ah la’ apa – apa jawab nelayan itu. (Nelayan ini rupanya orang Tionghua makanya saya panggil ACek yang artinya Paman). Mari Cek , santai dulu… ini kami sudah buatkan kopi. Acek pun akhirnya menerima ajakan saya. Disini kami terlibat percakapan dengan Acek. Jujur saya agak sulit memahami omongannya. Aiii … ko’ olang salah nyalan aaa. Mataali dah tingi ae pasang aaa, untung ko’ olang tak hamsiong oooo. Hahahahah , Kami pun tertawa`bersama. Acek juga memberi informasi seputar nama nama pulau yang tersebar di daerah itu. Biskuit yang menemani 4 cangkir kopi tak lama pesai kami makan. Maaf ya Cek Cuma ini yang bisa kami suguhkan, oh la’ apa – apa wa, malah saya yang ucap manyak kamsia sama ko’ olang. Itu lah percakapan terakhir kami dengan nelayan baik hati penolong saya dan Rangga, saya berdoa semoga berkah Tuhan melimpah terhadap nelayan ini. Karna masih trauma dengan kejadian tadi, saya pun memutuskan untuk pindah lokasi.

Disamping itu juga persediaan bekal kami sudah habis dan tidak ada warung di pantai gosong ini jadi mau tak mau kami harus beranjak dari sini. Pukul 15.00 wib, setelah semua siap kami pun meninggalkan Pantai gosong dan berpetualang kembali mencari lokasi baru dan pengalaman baru. Sebenarnya saya tidak tau harus kemana saat itu, saya mengikuti kemana angin berhembus saja.




Bersambung


Nah mau tau kelanjutan petualangan saya ?

klik link di bawah ini


Next kisah part 2 : Pesona Pulau Simping 

1 komentar: