10 September 2017

Desa Bakoi

Desa Bakoi adalah desa kecil di Kec. Kuala behe Kab. Landak - Kalbar. Desa ini berjumlah 35 KK, letaknya pun tak jauh dari sungai behe. Rata - rata orang disini bekerja sebagai penyadap pohon karet. Namun ada juga yang mengabdikan diri di perkebunan kelapa sawit tanpa status yang tak jelas, cuma menyandang gelar PHL (Pekerja Harian Lepas).

Dahulu desa ini terletak di bantaran sungai Saŕi. Nama desanya pun bukan Bakoi seperti sekarang ini, melainkan desa Ensaŕi. Desa ensaŕi juga dapat di artikan sebagai desa yang ada di tepi sungai sari. Lambat laun dan karna berbagai faktor (salah satunya karna sungai sari sering meluap) maka tetua orang ensaŕi pindah ke daerah yang lebih baik dan subur. Nama daerah itu Bakoi, kurang lebih 2km jauhnya dari desa ensari. Maka jadilah desa Bakoi sampai sekarang.



Jauh sebelum desa Bakoi dan Ensaŕi terbentuk, dulu daerah ini adalah hutan belantara yang angker. Adalah seorang dayak banyuke yang berani membuka lahan ladang di ensaŕi. Kemudian beristri seorang putri dari dayak behe. Dahulu bahasa sehari - harinya menggunakan bahasa Ba Nana'. Ba Nana' masih satu famili dengan bahasa dayak khanayan (ba ahe). Maka tak heran masih ada kujumpai orang bakoi bercakap menggunakan bahasa ba nana' meskipun bahasa belangin mendominasi disini.

Aku sempat heran, kenapa dayak banyuke jaman dahulu bisa sampai di wilayah dayak behe. Karna dahulu sesama orang dayak saling membunuh, saling mengayau.
Mengayau atau kayau adalah suatu kegiatan adat lama berburu kepala manusia untuk dijadikan tolak bala dll.
Lantas saat jaman mengayau kenapa orang dayak banyuke bisa membuka ladang di wilayah dayak behe ?

Dahulu kala sewaktu jaman "kayau" (kayau = berburu kepala manusia), dayak behe yang sedang berperang / kayau melawan dayak Tengon harus mengakui ketangguhan dayak tengon. Semakin hari daerah kekuasaan dayak behe terus berkurang karna dirampas dayak tengon.
Merasa wilayahnya dan sukunya terancam oleh dayak tengon, akhirnya dayak behe meminta bantuan kepada dayak banyuke.

Dayak banyuke mau membantu dayak behe mengayau dayak tengon asalkan bersedia mengabulkan satu persyaratan yaitu memberikan tanah kepada dayak banyuke dan sekutunya dayak banyadu' untuk digarap menjadi ladang (tanah hanya diberikan kepada orang/prajurit yang maju di medan perang saja).

Dayak behe menerima syarat dari dayak banyuke asalkan perang kayau nanti berhasil mengalahkan dayak tengon.
Singkat cerita perang kayau dimenangkan oleh dayak behe dan sekutunya yaitu dayak banyuke dan dayak banyadu'.
Janji pun ditepati, dayak behe mempersilahkan dayak banyuke dan dayak menyadu' membuka ladang dimanapun yang dia suka asalkan buka lahan baru.

Maka tak heran, di kecamatan kuala behe dan kecamatan serimbu yang notabene-nya orang dayak belangin, sering kali kita jumpai orang dan kampung dengan beraneka bahasa. Sebut saja bahasa ba nana' , ba nyadu' , ba maak dll.



Mungkin inilah salah satu alasan kenapa dayak banyuke bisa leluasa membuka ladang dan beranak pinak di daerah dayak behe. Salah satunya desa Ensari yang kini lebih dikenal dengan desa Bakoi.

Bersambung ......

2 komentar: